Lebak Banten. TargetRilis.Online - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lebak (Dispar), Banten, menggelar event Seba Baduy 2024 dengan tajuk “The Legacy of Baduy”. Tajuk itu dikemas, untuk mengusung keunikan budaya dari Kabupaten Lebak, melalui perhelatan adat ritual Saba Budaya Baduy yang diharapkan dapat masuk kedalam Karisma Event Nusantara.
Karisma Event Nusantara (KEN) adalah kumpulan event-yang memiliki nilai kebudayaan tinggi yang berasal dari 38 Provinsi di Indonesia, yang di kemas menjadi strategi kolaborasi antara Kemenparekraf RI dengan Pemerintah Daerah melalui penyelenggaraan kegiatan berkualitas.
“KEN 2024 adalah upaya Kemenparekraf dalam membangkitkan geliat event daerah dengan mempromosikan destinasi wisata, meningkatkan kunjungan wisata, dan memberdayakan potensi lokal,”kata Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Lebak, Imam Rismahayadin, di sela-sela acara Seba Baduy, Jumat malam (17/5/2024).
Masyarakat Kabupaten Lebak khususnya, dan Banten, harus berbangga karena di tahun ini ada tiga Event Kabupaten Lebak yaitu; Seba Baduy, Festival Seni Multatuli dan Seren Taun Cisungsang, menjadi satu-satunya event di daerah Provinsi Banten masuk dalam program unggulan Kemenparekraf ini.
“Ketiga event tersebut, esensinya mempromosikan potensi pariwisata khususnya budaya dan kesenian Kabupaten Lebak guna meningkatkan kunjungan wisatawan,” kata Imam dalam obrolan santai di sudut Pendopo Lebak.
Sejak Oktober 2023 lalu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lebak, telah mengusulkan ketiga event tersebut untuk dapat dikurasi atau oleh Kemenparekraf, agar menjadi event tahunan.
Untuk menuju kearah tujuan KEN tersebut, Disbudpar Lebak terus mempersiapkan secara matang, memerkuat kolaborasi dengan para pelaku dan pegiat kebudayaan agar tiga event; Seba Baduy, acara adat Seren Taun Cisungsang dan Faestival Seni Multatui, menjadi unggulan dari Kabupaten Lebak di tingkat nasional.
Acara adat Seba Baduy 2024 yang di gelar mulai tanggal 16 Mei-19 Mei 2024, adalah salah satu acara adat Warga Baduy yang dikemas menjadi event berskala nasional. Dan Kota Rangkasbitung, Pendopo Bupati Lebak, selama dua hari itu, berdetak kencang, karena hadirya sejumlah event lain; pameran UMKM, pertunjukan Seni Wayang Golek, dan pagelaran adat lainya.
Seba Baduy, yang merupakan pagelaran rutinitas tahunan ini, mengangkat keluhuran budaya warga Baduy, di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, sekitar 57 KM dari Kota Rangkasbitung, berupa “pengakuan”, dan sekaligus laporan tahunan masyarakat Baduy kepada Bapa Gede (Bupati Lebak-red).
Pada saat seba itu, tetua adat Baduy menyampaikan perjalanan kehidupan masyarakat Baduy. Dilaporkan tentang keadaan selama satu tahun silam, tentang; panen padi di huma, tentang kondisi masyarakat dan hal yang diperlukan. Melalui media seba itu, terbangun komunikasi yang mengalir antara warga Baduy dengan Bupati Lebak.
Bagi sekelompok warga ini, sebenarnya kurang senang jika disebut warga Baduy. Mereka lebih senang disebut Urang Kanekes. Ngaing urang Kanekes. Dalam kesehariannya, warga Kanekes (Baduy) memiliki pemerintahan secara adat.
Warga Kanekes menetap di atas areal 5.1010 hekar dan berpenduduk sekitar 15.650 orang, di 37 Penamping (perkampungan) di Desa Kanekes, memiliki pemerintaan adat yang dipimpin atau disebut Puun (Tetua adat).
Ada 3 (tiga) Puun disana; Puun Cikeuik, Puun Cikertawana dan Puun Cibeo. Ketiga Puun tersebut di sebut “Tilu Tangtu” atau Tiga Pemutus semua persoalan kemasyarakatan di kawasan Desa Kanekes.
Sebelum warga Kanekes melalukan acara Seba, diadakan sejumlah acara ritual adat di perkampungannya. Ritual itu diantaranya, Kawalu dan Ngalaksa. Kawalu adalah berpuasa. Warga Baduy sebelum melaksanakan Seba kepada Bapak Gede (Camat Leuwidamar, Bupati Lebak, Gubernur Banten, dan Bupati Pandeglang) berpuasa terlebih dahulu, karena akan bertemu atau menghadap kepada pejabat yang dihormati.
Selama Kawalu, kawasan Baduy, tertutup bagi orang luar. Tidak boleh ada warga luar Baduy yang masuk, siapapun. Setelah selesai Kawalu, dilanjutkan dengan acara Ngalaksa. Ngalaksa, yaitu membuat Kue Laksa. Bahannya dari beras yang ditumbuk sampai halus menjadi tepung, dan kemudian dibuat kue laksa untuk persembahan kepada Dewi Sri Pohaci, dewi yang selama ini dipercaya sebagai pemberi kesuburan disaat mereka tetanen padi di ladang.
Setelah itu, warga Kanekes, melakukan Seba. Saat seba warga Baduy membawa oleh-oleh yang ditanam di ladang; beras, pisang, kue laksa, gula aren dan hasil tetanen lainya. Dan ini merupakan juga laporan tahunan, “ini hasil tanaman di Kanekes”.
Bagi warga Baduy luar (pakaian hitam) saat seba, diperbolehkan naik kendaraan. Dulu menggunakan kendaraan truk terbuka. Sekarang menggunakan kendaraan PS. Pada acara Seba Baduy Tahun 2024 kemarin, warga Baduy Luar diangkat dengan sekitar 105 unti kendaraan PS dari Leuwidamar ke Kota Rangkasbitung. Sementara orang Baduy Dalam pakaian putih) tetap berjalan kaki dan tanpa alas kaki sejauh 70 Km dari kaki Pegunungan Kendeng menuju Pendopo Bupati Lebak. Turun gunung, menaiki lembah dan jalan setapak.
Pada Perhelatan Seba tahun ini, sangat meriah. Seba Baduy didukung beberapa acara;Fashion Designer Competiton, Camping Ground di Baduy aja, Talkshow Budaya, Pagelaran Musik, Pameran Ekonomi Kreatif dan kegiatan pendukung lainnya dari tanggal 16 Mei -19 Mei 2024 di sekitar Pendopo Bupati Lebak dan Alun-alun Rangkasbitung, Provinsi banten.
Lebih menarik pada pagelaran tahun ini adanya program baru yaitu; Lomba para desainer nasional dengan unjuk kreatifitas dengan bernuansa baduy dan pemakaian bahan utama adalah Tenun Baduy dan Batik Baduy. Tidak kalah seru, pengunjung juga akan diajak untuk menikmati alam suku baduy pada kegiatan pendukung yaitu Camping Ground dengan berkemah dan melakukan trecking bersama masyarakat baduy luar.
(adv/dispar lebak)
Penayang: Redaksi
0 Komentar